Selasa, 18 November 2008

Pendidikan itu adalah rahim

Sebagai guru baru dan individu yang tak memahami liku-liku pendidikan, sebenarnya saya tak memiliki kompetensi sedikit pun berbicara tentang pendidikan, khususnya pendidikan Indonesia. Tapi, itulah manusia Indonesia: Mudah menilai. Saya yang tak layak secara keilmuan memaksa diri harus ngomong soal pendidikan karena terpancing beberapa artikel kecil yang saya baca akhir-akhir ini.

Pendidikan itu bagaikan rahim bagi manusia yang dikandung oleh seorang ibu. Rahim itulah yang memungkinkan calon manusia itu benar—benar menjadi manusia seutuhnya. Setiap upaya haram untuk mengagalkan kelangsungan rahim tersebut adalah ancaman langsung bagi kemanusian. Jadi rahim kehidupan sebenarnya adalah pendidikan. Hanya dengan pendidikan (tentu dalam arti luas)hidup manusia akan benar-benar bermakna sebagai manusia. Mungkin Itulah sebabnya mengapa Romo Driyarkara mendefenisikan pendidikan sebagai segala usaha memanusiakan manusia, terutama manusia muda. Karena pendidikan itu seperti rahim, maka pendidikan harus dijaga ekstra hati dan di jaga kesakralanya. Menurutku rahim itu sakral bagi tiap wanita. Maka, manusia yang hidup tanpa mencoba mendidik dirinya sendiri dengan maksimal akan mengurangi derajat kemanusian sendiri. Renungan diatas saya dapatkan dari pembacaan saya terhadap kumpulan esai romo Mudji dalam buku ide pencerahan. Pencerahan merupakan semacam titik balik dimana insan manusia benar-benar menyadari keberadaan dirinya apa adanya dan memampukan dirinya dalam menghadapi zamanya dengan bijaksana(menurutku lho). Maka kelangsungan hidup manusia yang ingin benar-benar menjadi manusia itu tergantung pada rahim pendidikan. Tanpa pendidikan nampaknya sulit mencapai manusia Indonesia seutuhnya.

Ketika berbicara tentang pendidikan dalam arti luas, saya pun terpaksa bertanya pada diri saya, apakah pendidikan terbesar dalam diri kita terjadi disekolah formal kita?Saya rasa tidak. Sekolah itu idealnya bukan tempat pendidikan, sekolah lebih cocok disebut tempat pengajaran. Lihatlah, tugas utama kami guru adalah mentransfer pengetahun ke anak didik. Pendidikan itu terjadi disekolah yang sebenarnya yaitu sekolah kehidupan. Hanya kehidupan yang merupakan guru sejati pendidikan. Romo Drost berpendapat bahwa tugas utama sekolah formal adalah pengajaran. Pendidikan itu kata romo Drost tak pernah formal. Pendidikan adalah proses pemuliaan manusia. Dan pemulian itu dalam masyrakat dan sekolah formal hanya secuil dari bagian itu. Maka saya secara garis besar setuju dengan pendapat romo Drost itu. Maka salahlah asumsi semua orang bahwa yang terjadi disekolah itu pendidikan, yang terjadi adalah pengajaran dengan secuil pendidikan.

Kita, Guru, memahami bahwa pengaruh yang kita berikan kepada murid disekolah itu jauh sedikit dibandingkan apa yang diberikan masyarakat kepada murid kita. Ya...karena memang pendidikan itu terjadi dimasyarakat. Dan sekolah bukanlah tempat inti dari pendidikan. Maka saya setuju lagi dengan pendapat romo Drost bahwa pendidikan moral tidak seharusnya menjadi tanggung jawab sekolah karena itu ranah tanggung jawab keluarga. Maka sebaiknya pelajaran agama sebaiknya ditinjau ulang kehadiranya disekolah


Proses pendidikan itu tak pernah formal kata romo Drost. Pendidikan itu selalu informal karena pendidikan adalah proses pemulia an. Pendidikan terjadi sepanjang manusia menghidupi kemanusianya. Ia terus mendidik dirinya, bereksplorasi dengan realitas diluar dirinya. Pendidik-kan dan pengajaran memiliki kesamaan mendasar: adanya kerelaan manusia untuk menerimanya. Tanpa dengan rela menyerahkan dirinya dalam proses pendidikan dan pengajaran, sulit bagi seorang manusia untuk mencapat titik optimal perkembanganya. Hanya murid yang rela belajar dari kesalahan yang dapat berkembang, hanya guru yang rela dikritik yang dapat menjadi lebih baik.

Love


Kristian

Tidak ada komentar:

My Lit Sister and My Niece

My Lit Sister and My Niece

My Niece and Nephew

My Niece and Nephew
Lucu-Lucu dan Ganteng