Sabtu, 03 November 2007

Hari-Hari InI

Hari – hari ini, saya tidak banyak melakukan apapun dirumah. Saya tidak punya buku baru untuk dibaca, tugas baru untuk dikerjakan, ataupun sesuatu untuk dilakukan. Hari-hari ini memang agak menjemukan. Disekolah, saya hanya melakukan rutinitas mengajar anak-anak Dayak yang memang tanpa maksud merendahkan kemampuan Bahasa Inggrisnya payah sekali. Bahkan ada yang sudah kelas dua masih berkutat dan tidak mengerti dan tahu arti kata ‘write’ dan memang kerja guru berat dinegeri yang bodoh terhadap pendidikan bangsanya. Dirumah, saya hanya membantu kakaku dengan menjaga tokonya dan kadang-kadang mengantar bahan bangunan kelokasi pekerjaan. Dan memang, inilah hari-hari yang sedang kujalani sekarang. Hari-hari ini, saya juga belajar akan arti kehidupan didalam negara yang masih begitu miskin ini. Saya belajar menghargai kehidupan karena melihat kemiskinan yang sebenarya lebih gampang dilihat dikota yang besar seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja dll. Kemiskinan mengingatkan saya ketika saya mengantar barang kesuatu lokasi pembangunan SDN yang lokasi cukup jauh di suatu dusun yang bernama Nuyung. Dengan daerah yang begitu luas dan pepohonan yang cukup banyak, Nuyung bukanlah tempat yang mengerikan. Tetapi didusun ini juga terlihat dengan nyata bahwa kemiskinan sedang menghimpit negara kita yang orang kayanya terus bertambah. Ada gubuk kecil yang beratap sagu dengan lantai alam yang bersahabat yaitu tanah. Ada anak-anak kecil yang pergi menyadap karet yang semestinya kesekolah. Inilah wajah kemiskinan yang saya lihat dan pelajari saat itu. Inilah realitas keadaan negara ini. Dan memang saya tidak tahu apa yang kita telah perbuat. Memang, ada kabar gembira dari dusun ini yaitu SDN mereka akan segera diperbaiki total sebanyak empat ruang. Tapi saya bertanya dalam hatiku, apakah ada guru yang bersedia ditempatkan disitu?. Berdasarkan pemahaman saya, jarang sekali guru yang mau, kalaupun ada hanya segelintir dan pada umumnya sekolah dasar dikampung-kampung kekurangan guru. Disekolah hanya ada dua atau tiga guru termasuk kepala sekolahnya. Inilah potret pendidikan negara kita yang para pembesarnya ingin menerapkan Ujian Nasional demi peningkatan mutu. Ah...saya pikir tuan-tuan besar itu hanya bercanda saja. Mau UAN dengan siswa kelas enam SDN yang membacanya masih terbata-bata? Mau UAN dengan gurunya yang masih menyadap karet dipagi hari? Pasti pak menteri tidak berkaca dulu di cermin pendidikan Indonesia. Wajah kemiskinan kita telah memberi kita pelajaran, terutama bagi saya. Wajah itu telah menyadarkan aku tentang betapa tingginya nilai pendidikan itu. Maka bagi saya hari-hari ini juga berbicara secara tidak langsung mengenai identitas bangsa ini.
Hari-hari ini, kotaku juga sedang sibuk dengan pesta demokrasinya yang disebut PILKADA GUBERNUR. Dan saya pun ingin bertanya apakah demokrasi memang mengejar kekuasaan? Tidak perlukah kedewasaan dahulu didalam berdemokrasi. Hari-hari ini saya menyaksikan kepicikan berpikir warga bangsa ini yang menjual suku untuk menang. Yang mengatas namakan golongan untuk meraih kekuasaan. Dan memang nampaknya pulauku belum siap berdemokrasi. Kita tidak menilai calon pemimpin berdasarkan pelayanan publik yang diberikanya, tetapi dari sukunya dan itu menunjukan kebodohan kita. Dan memang kita belum siap. Maka benarlah apa yang pernah dikatakan oleh Francis Fukuyama bahwa demokrasi yang sehat belum bisa tumbuh dinegara yang masih miskin dengan pendapan perkapita dibawah 600 USD dan pendidikan yang tak bermutu. Maka demokrasi tak ubah permainan anak-anak. Dan itulah yang terjadi. Saya tidak tahu apakah saya harus memilih atau diam saja. Memang saya akui rasa kesukuan kadang meghampiri dan berkata “ayolah ikuti sukumu’ demi untuk membalas penindasan yang pernah terjadi. Dan merupakan hal yang lazim bahwa yang berkuasa menekan yang minoritas dan lawanya tanpa ampun. Tapi sehatkah? Tidak rasaku. Dan hari-hari ini saya memang binggung karena dunia yang semakin binggung.


Peace and Love



Kristain

Tidak ada komentar:

My Lit Sister and My Niece

My Lit Sister and My Niece

My Niece and Nephew

My Niece and Nephew
Lucu-Lucu dan Ganteng