Senin, 10 Maret 2008

Dua Warung Identitas

Kawanku, tentu engkau sudah tahu apa yang disebut warung. Maka sama sepertimu, aku pun tentu sudah mengerti dan hari ini aku ingin menceritakan tentang dua warung yang entah menarik atau tidak untukmu. Maka ijinkanlah aku menulis tentang dua warung itu.
Kawanku, tepat didepan rumah kakaku, dimana aku tinggal, terdapat dua warung makan yang tentu tiap hari sibuk menjual makanan yang mereka masak. Jaraknya tidak lebih dari delapan meter dari rumahku karena hanya dibatasi jalan raya ngabang. Warung pertama yang baru saja memulai usaha warungnya enam bulan lalu adalah milik seorang koko, begitu aku biasa memanggilnya, berasal dari singkawang. Diwarung koko ini kita dan saya terutama biasa membeli mie pangsit, mie goreng dan cap cai serta masakan cina lainya. Menurutku masakan koko ini lumayan enak dan menu paling saya suka adalah mie gorengnya. What a perfect combination of spices!. Pada awalnya koko ini tidak menjual makanan yang dicampur daging babi dan saya paham sekali dari tulisan halal yang terpampang jelas di tempat dia menyimpan dagingya. Sekarang mari kita meilhat pada warung kedua, warung ini menjual nasi uduk yang menurutku enak dan memiliki kekuatan pada sambalnya yang wah sekali dan nasinya lembut karena dikukus atau diuduk(makanya disebut nasi uduk).saya juga sering makan disini dan apalagi abang saya yang dari kampung. Setiap dari kampung abangku selalu makan nasi uduk dan memesan beberapa bungkus untuk keluarganya. Pemilik warung ini namanya Nila, yang tentu aku kenal karena dia berasal dari desa Mungguk tempat dimana aku sekolah SD dulu waktu menumpang ditempat abangku yang jadi mualaf. Nila orangnya baik dan ramah dan dia juga dekat dengan kakaku karena memang kita bertetangga dan kenal. Tentu kedua warung ini masing-masing memilki tempat tersendiri dalam perutku ketika melakukan pertimbangan dalam hal membeli makan tetapi itu bukanlah persoalan yang ingin kamu ketahui kawanku. Maka baiklah kawanku, inilah yang saya ingin katakan. Sekitar dua minggu lalu, entah dirasuki strategis bisnis apa, sikoko mulai menjual menu baru dalam warungnya yaitu nasi campur yang dalamnya terdapat daging babi yang tentu halal bagiku. Tadi malam, aku pergi kewarung koko dan ingin membeli nasi goreng pada mulanya, tetapi karena mie kuningya sudah habis, saya mulai melihat-lihat yang lainya dan rupanya mereka ada menu baru yaitu nasi campur. Tetapi tanpa sengaja aku melihat ada perbedaan tata ruang diantara kedua warung itu sekarang. Tepat diantara warung itu dipasang triplek yang dipaku dengan kuat. Aku mulai binggung kenapa mesti dipisah dan aku bertanya pada kokonya. Menurutnya supaya aroma masakan babinya tidak sampai kewarung ibu Nila maka dibuatlah sekat pembatas itu dan saya tidak tahu atas inisiatif siapa. Mungkin keduanya atau hanya salah satu pihak saja. Sambil makan aku mulai berpikir tentang cara menhadapi perbedaan yang tampak pada tataran kulitnya saja. Tampak dangkal dan tak dewasa. Bukankan udara bisa lewat mana saja dan sebegitu takutkan dan parahkah hal itu. Saya pernah makan dalam masyarakat yang tentu anda dan saya setuju mereka lebih islami. Pada suatu waktu saya dan sekolpok teman makan di Kuching, Serawak Malaysia disebuah warung cina. Disitu terdapat banyak makanan. Pojok makanan diwarung itu dibagi dua yaitu muslim food and non muslim food. Dan saya melihat banyak orang berjilbab yang makan disitu. Mereka tak curiga dengan pemilik warungnya atau takut makan karena penjualnya seorang cina. Karena mereka percaya pada kejujuran sikokinya dan bukankah ketika mereka menipu kita dengan makanan tak halal mereka yang berdosa. Maka menututku disini kita perlu memiliki kedewasaan dalm memandang identitas dan ras seseorng tidak selalu melekat dengan identitas dan ideologi tertentu dan untuk itulah kita perlu melakukan telaah yang dalam tentang sesuatu. Menurutku, hanya keterbukaan kita pada identitas baru yang dapat membuka dan menciptakan pemahaman atau paradigma baru. Hal ini juga berlaku pada cara kita memandang agama yang tak sepham dengan kita. Hanya dengan mempelajari agama tersebut dengan dalam barulah kita paham dan dapat menilai dan memahami dengan objektif. Dan ingat tidak ada yang absolut didunia ini kecauli tuhan, maka jangan mengklaim diri. Dan tentu mempelajari jauh berbeda dengan menganutnya dan itu tentu tidak sama.Maka sampailah pada kesimpulan tentang kedua warung itu. Warung-warung itu adalah dua identitas dan oleh sebab itu warung-warung itu adalah dua warung identitas. Tetapi identitas bagi keduanya tidak dibicarakan tetapi dilakukan.




Peace and Love




Kristian

Tidak ada komentar:

My Lit Sister and My Niece

My Lit Sister and My Niece

My Niece and Nephew

My Niece and Nephew
Lucu-Lucu dan Ganteng