Senin, 13 Oktober 2008

Membaca Kembali Manusia Indonesia

Kemarin ketika saya pergi ke Pontianak, rombongan kami menyempatkan diri untuk mampir ke toko buku sebentar. Setelah cukup lama berkeliling toko buku Karisma yang tak besar dan tak lengkap itu, saya merasa agak kecewa dengan koleksi bukunya. Dalam hati saya berkata : we should have gone to A Yani Mall instead. Menurutku toko buku Gramedia di A Yani Mall lebih lengkap sehingga membuka lebih banyak pilihan dalam membeli buku. Sebenarnya saya ingin sekali mencari buku karya lengkap Prof.Driyarkara terbitan Kanisius tapi setelah berkeliling ternyata tidak ada.

Setelah melihat-lihat dalam waktu yang cukup lama, mata saya mengarah pada sebuah buku berjudul MANUSIA INDONESIA karangan Mochtar Lubis. Membaca nama pengarangnya saja tentu kita sudah mafhum bahwa Mochtar Lubis bukanlah penulis kemaren sore. Mochtar Lubis menurutku penulis yang berbobot. Saya pun membeli buku tersebut.Tadi pagi disekolah, saya menyempatkan diri membaca catatan pengantar yang ditulis Jakoeb Utama dan dilihat dari pengantarnya, tampak sekali buku itu berbicara lebih banyak tentang sifar-sifat negatif Indonesia yang hampir semuanya ada benarnya dan salahnya.

Memang ciri-ciri yang dipaparkan oleh Mochtar Lubis itu sangat banyak benarnya daripada salahnya dan memang benar juga apa yang dikatakan Prof Sarlito dalam sanggahan bahwa ciri-ciri itu mungkin suatu tindakan generalisasi yang berlebihan.
Tapi rasanya, menurutku ciri-ciri manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis lebih banyak benarnya ketimbang alasan-alasan yang disampaikan Prof. Sarlito. Buku itu memang buku yang sudah amat tua. Buku yang diangkat dari ceramah pak Mochtar itu di sampaikan oleh pak Mochtar hampir 30 tahun lalu, namun isinya tampak sangat relevan dengan manusia Indonesia. Bearti dapat disimpulkan bahwa manusia Indonesia sebenarnya belum banyak mengalami perubahan. Manusia Indonesia masih dengan sikap feodalnya, Hipokrit,Tak bertanggung jawab dan beberapa ciri lagi yang saya lupa ketika menulis cukilan ini.

Apa yang dikatakan Mochtar tentang manusia indonesia yang bersikap feodal, rasanya lebih banyak benarnya. Tak dapat kita pungkiri akar feodalitas yang ditinggalkan bangsa belanda pada bangsa kita masih sangat terasa dalam masyarakat kita. Masih banyak budaya asal bapak senang. Lihatlah dalam segala bentuk birokarsi pemerintah kita, feodalisme telah berubah kemasan baru tetapi isinya tetap sama termasuk pada diri saya sendiri. Kita tak perlu malu mengakui kefeodalisme kita karena tindakan itu hanya akan menutupi sikap kita itu dan seolah-olah kita tidak feodal. Akan lebih mudah memperbaiki sikap buruk kita, jika kita dengan tulus mengakuinya dan bersedia berubah.

Potret manusia Indonesia yang disampaikan Mochtar Lubis memang sangat menonjolkan negativitas dari manusia indonesia itu sendiri, namun hal itu menandakan adanya reflektivitas dalam diri manusia Indonesia itu sendiri paling tidak Mochtar Lubis yang melakukanya. Saya rasa gambaran manusia Indonesia kedepan tak jauh beda dengan apa yang disampaikan Mochtar Lubis.

Masihkah kita bisa berharap pada manusia Indonesia?saya juga tak tahu.

Love

Kristian

Tidak ada komentar:

My Lit Sister and My Niece

My Lit Sister and My Niece

My Niece and Nephew

My Niece and Nephew
Lucu-Lucu dan Ganteng